Aluminium: Pembeli Pertahankan Kendali pada Tertinggi Satu Dekade di Atas $2.750, Pantau Guinea
- Aluminium tetap menguat di sekitar puncak multi-hari karena masalah geopolitik, dan pelemahan USD.
- Gejolak politik Guinea, dan surutnya peluang pengurangan QE The Fed mendukung para pembeli.
- Kembalinya para pedagang AS, dan katalis risiko mengincar arah jangka pendek.
Harga aluminium di London Metal Exchange (LME) melonjak ke level tertinggi sejak Mei 2011 sehari sebelumnya, sekitar $2.770 per ton, karena gejolak politik di Guinea, yang merupakan produsen bahan baku bauksit terbesar kedua di dunia.
The Financial Times (FT) menyebut kudeta militer di negara Afrika tersebut menggulingkan Presiden Alpha Conde pada hari Minggu. Berita itu juga mengatakan, "Guinea memasok sekitar 25 persen bauksit dunia, sebagian besar ke Tiongkok dan Rusia."
Reuters mengutip harga di Tiongkok berada pada level tertinggi 18 bulan sekitar $50,50, naik 16% pada tahun 2021 sambil mengemukakan, “Kerusuhan tidak berdampak langsung pada operasi bauksit, yang merupakan kunci ekonomi Guinea sebagai penghasil mata uang asing utamanya. Negara ini memproduksi 88 juta ton bauksit tahun lalu, menurut statistik kementerian pertambangan.”
Selain ketegangan geopolitik, pelemahan dolar AS juga menopang para pembeli komoditas ini. Meskipun demikian, Indeks Dolar AS (DXY) turun kembali menuju 92,00, dalam intraday melemah sebesar 0,08% setelah mencatat pullback korektif dari terendah bulanan pada hari sebelumnya.
Penyebab pullback dolar AS itu mungkin adalah optimisme hati-hati pasar atas penyesuaian kebijakan moneter di bank sentral utama karena kekhawatiran terhadap virus menantang pemulihan ekonomi.
Di tengah permainan tersebut, Kontrak berjangka S&P 500 dan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun saat ini mencetak kenaikan tipis.
Selanjutnya, pelaku pasar akan mengawasi kembalinya para pedagang AS dan Kanada setelah libur Hari Buruh pada hari Senin. Reaksi dolar AS terhadap perkembangan terbaru akan menjadi vital bagi para pedagang aluminium karena ketegangan geopolitik di Guinea akan segera surut.