Back

Indonesia Manfaatkan Jeda Tarif, Tiongkok Terkena Tarif 145%, AS Dibalas dengan Tarif 125%

  • Tarif impor untuk Indonesia ditangguhkan sementara, tetap di level 10% selama 90 hari, sementara Tiongkok dikenai tarif minimum 145% oleh AS.
  • Tiongkok merespons dengan menaikkan tarif balasan atas produk AS menjadi 125%, memicu kekhawatiran akan eskalasi perang dagang dan gangguan perdagangan global.
  • Indonesia manfaatkan jeda tarif untuk perkuat solidaritas ASEAN, dengan menyusun kerangka kerja sama regional guna memperkuat posisi tawar dalam negosiasi dengan AS.

Dengan penundaan sementara, tarif bea masuk untuk Indonesia yang semula ditetapkan menjadi 32% per 9 April 2025, masih akan berada di tingkat 10% dalam tiga bulan ke depan. Namun, penundaan ini  tidak berlaku bagi Tiongkok, Gedung Putih pada hari Kamis mengklarifikasi bahwa Tiongkok menghadapi tarif minimum sebesar 145% pada semua impor ke Amerika Serikat.

Kemudian, Kementerian Keuangan Tiongkok pada hari Jumat mengumumkan akan menaikkan tarif tambahan atas sejumlah produk impor dari Amerika Serikat, dari sebelumnya 84% menjadi 125%. Keputusan ini mulai berlaku per tanggal 12 April, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters.

Dalam pernyataan resminya, otoritas Tiongkok menegaskan bahwa jika Amerika Serikat tetap menerapkan tarif tambahan terhadap barang-barang ekspor Tiongkok, maka pihaknya tidak akan tinggal diam.

"Jika AS terus melanggar kepentingan Tiongkok secara signifikan, kami akan mengambil langkah balasan yang tegas dan siap berjuang hingga akhir," tegas Kementerian Keuangan.

Kementerian Perdagangan Tiongkok turut mengecam tarif sepihak AS dan mendesak Washington untuk mencabut "tarif timbal balik". Tiongkok menegaskan akan terus mengambil langkah balasan demi melindungi kepentingan nasional.

Langkah ini berisiko mengganggu perdagangan global dan menambah ketidakpastian bagi eksportir di kedua negara. Produsen Tiongkok dan eksportir AS, khususnya di sektor pertanian dan manufaktur, kemungkinan akan terdampak. Meski diplomasi masih minim, peluang kesepakatan dagang tetap terbuka.

Indonesia Manfaatkan Penundaan Tarif 90 Hari, Memperkuat Hubungan dengan ASEAN

Pemerintah Indonesia akan memanfaatkan jeda 90 hari atas pemberlakuan tarif impor resiprokal dari Amerika Serikat guna menyusun kerangka kerja sama strategis dengan negara-negara ASEAN. Langkah ini bertujuan memperkuat posisi tawar kawasan secara kolektif sebelum kembali melanjutkan negosiasi bilateral dengan Washington.

Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, menyatakan bahwa Indonesia tengah merancang kerangka kerja sama yang “saling dihormati” dan mendorong peningkatan ketahanan kawasan melalui solidaritas ASEAN.

“Kita harus terus bersikap sangat hati-hati. Pengeluaran negara harus lebih efisien, tepat sasaran, dan mampu mendorong pertumbuhan dari sisi moneter,” ujar Sri Mulyani dalam wawancara bersama Reuters di sela-sela pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN di Malaysia.

Ia juga menanggapi tekanan terhadap nilai tukar Rupiah, yang saat ini berada di level terendah sepanjang sejarah. Menurutnya, tekanan tersebut bersifat sementara, dan pemerintah tetap fokus pada indikator fundamental seperti rasio utang perusahaan dan rasio utang pemerintah terhadap PDB.

“Situasi saat ini, sebelum jeda tarif diberlakukan, diprakirakan dapat memangkas potensi pertumbuhan ekonomi sebesar 0,3% hingga 0,5% terhadap PDB,” tambahnya.
 

Harga Palladium Hari Ini: Logam Langka Menguat di Awal Sesi Eropa

Logam Grup Platinum (PGM) diperdagangkan dengan nada positif di awal hari Jumat, menurut data FXStreet. Palladium (XPD) diperdagangkan di $923,74 per troy ons, dengan pasangan mata uang XPD/USD naik dari penutupan sebelumnya di $918,60
আরও পড়ুন Previous

Villeroy, ECB: Agenda ekonomi dan keuangan Trump adalah jalur yang salah

Pengambil kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) dan kepala Bank Prancis Francois Villeroy de Galhau mengatakan pada hari Jumat bahwa “agenda ekonomi dan keuangan Trump adalah jalur yang salah.”
আরও পড়ুন Next